Selasa, 01 Maret 2011

Cerpen


JILBAB IDAMAN

          Kicauan burung kecil mengalum membentuk nada, gemerciknya air sungai membasahi kalbu. Satu minggu sudah aku tinggal di desa ini, desa yang penuh kemakmuran. Pagi ini, seperti biasanya ku pakai tantop pink dan jeans blue ketat. Langkah ku semakin riang saat memandang hamparan padi yang menguning. Desa yang telah kutinggalkan 9 tahun yang lalu kembali hadir di hatiku.
Rumah kecil dengan tatanan bunga mawar di depannya sudah ada di hadapanku.
Kuketuk pintu hijau itu dengan penuh parasaan. Seorang anak remaja kira* 2 tahun lebih tua dariku sudah berdiri di hadapanku, “ma’af, cari siapa yah?” sapanya lembut. “cari pipit, ada kan??”.
Cowok itu pun masuk lagi,. Anak remaja sebayaku keluar dari ruang dalam, jilbabnya rapid an kain sarung batik di pakainya. “pipit!?” aku tertawa riang sa’at cewek itu berada di hadapanku, “eh lili, pa kabar? Napa ga main – main sih!?”. “baik, sorry, di sana kan sekolah, lagi pula ke sini kan jauh”, cowok tadi keluar lagi membawa buku dan alat – alat tulis “pit, jangan lupa, ntar siang bawa bekal ke sawah, nanti di sana abah nungguin!”.”iya kang”
Suara cowok itu penuh sopan – santun, tapi di matanya semenjak tadi melihatku sinis dan sangat benci. Aku pernah bertemu dia 3 hari yang lalu, dia pulang dari mushollah.
          Sore pun dating menjelang, siang tadi aku ikut jalan – jalan ke sawah sama pipit.
“aku pulang dulu yah!” izinku untuk pulang. Tadi siang pipit ngasih tau kalau cowok itu adalah Ari, Ari yang ku kenal dulu. Tapi, ko” Ari marah banget sama aku, mungkin benar kata pipit, pakaian dan sifatku berubah satu dua hari aku masih belum bias pakaikan jilbab, aku masih sering pakai tanktop dan jeans ketat.
          Sore ini, langit cerah di sana, sanyup – sanyup angin sepoi menyapa rambutku, minyak wangiku menusuk hidung, kaos dan sweter biru tua membalut badanku, rok mini ku pakai sore ini. Di pematang sawah, aku mengajak Ari janjian tapi, apa yang ku pikirkan kejadian juga, dia jutek sma aku bahkan tampak ngejauh. Di bawah pohon mangga dia berdiri, sedangkan aku duduk di kursi panjang dekat sungai kecil. “kalau mau ngomong, ngomng aja!”.”ngga’ ko Ri, aku Cuman pengen cari angin doing”.”yaudah, aku pulang dulu” pamitnya. “Ri!”. Kata – kataku tak kulanjutkan karena Ari sudah berjalan jauh.
          Kulangkahkan kakiku sangat lambat. Pipit dating menemaniku pulang. “duhh… yang habis kencan, gimana kencanyya??”.”kencan apa’an? Dia malah marah sama aku”. ”kamunya juga… pakai rok mini gitu, kang Ari mah paling pantang sama awewe kayak kamu”. “ iya juga yah…”
          Berkat dorongan hatiku dan bantuan pipit aku jadi terbiasa memakai pakaian muslimah dan jilbab, tapi kalo jilbab masih suka terbang. Panas!.
          Liburan tinggal 2hari lagi, tapi aku belum berhasil ngobrol sama Ari. Sifatnya yang enggan padaku membuat aku pun takut tuk menemuinya lagi. 2hari itu serasa cepat berjalan, mala mini adalah malam terakhir aku di desa. Aku belum memikirkan bagaimana nanti di kota. Tapi hatiku berkeyakinan jilbab ini nggak akan aku lepas.
          Sejuknya angin malam memanggilku mengajak berjalan – jalan. Hamparan sawah jadi tujuanku, jaraknya Cuma 10 meteran dari rumahku. “Assalamu’alaikum..” suara se orang cowok menyapaku dari belakang. Buru – buru ku balikkan badan menghadap dia. “Ri?”. “ngapain?? Malem – malem gini ko’ jalan jalan sendirian? Apa gak takut??” cowok itu mengajakku bercanda. “ngga’, habis dari mana?”. “dari mushollah, ngajar anak – anak ngeji, kalau kamu ngapain di sini?” “nglepas kangen, besokkan aku mau pulang ke kota”, “kenapa ngga’ di sini aja, di sini kan lebih asyik”, “makasih Ri, lagian tumben kamu mau ngobrol sama aku?” ngga’ apa – apa”. “katanya waktu aku ke kota kamu mondok yah?” aku berjalan mendekati Ari, “iya, buat ngilangin sedih dan itu sudah cita – cita aku”. “Sekarang kamu udah sukses yach!? Oh yah waktu aku baru pindah ke kota hampir dua harian aku nagis mulu, aku kangen sama kamu dan pipit, waktu ke sini aku nggak ngenalin kamu, kukira kamu orang lain”, “aku masih inget sama kamu, tapi yang kemaren dating itu bukan lili yang ku kenal dulu, entah itu siapa?”. “ma’afin aku”. “tapi aku seneng akhirnya lili yang dulu balik lagi dan sekarang ada di sampingku”. “Aku masih nyimpen foto kita dulu loh…” ku perlihatkan foto itu, Nampak dua anak kecil bergandengan tangan dan yang satu lagi tiga anak kecil yang saling berangkulan. “aku juga masih simpan, “tadi foto siapa? Itu cowok kamu yah?”. Hah! Ternyata fotonya Rangga keliatan. “ehm…...” mulutku terkunci seribu bahasa. “Selama ini aku nungguin kamu, ternyata kamu udah punya cowok lain, mana janji setia kamu dulu?? Mana!?” Ari membentakku, “ma’afin aku….. aku sama dia udah putus, kamu jangan salah sangka dulu”, Tanpa sepengetahuanku mata ari berkaca – kaca, Sa’at ari menatapku ada pancaran cinta yang tulus dari matanya. Tanpa aku sadari, butir – butir air mata mengalir di pipiku. Ari mengusap dengan jemarinya yang lembut, sekilas di fikiranku masa – masa indah dudlu terulang sa’at aku jatuh nauik sepeda, Ari pun mengusap air mataku.
          “Pulang yuk! Dah malem, ntar di cari’in orang di rumah”. Ajaknya, “yuk, tapi nanti anterin ke stasiun yah!” Ari menganggukkan kepalanya. Aku dan Ari pun pulang. Ari mengantarku pulang. Aku bawakan buku dan sajadah Ari. Sampai di depan rumah ku, aku menyerahkannya ke ari.
“aku pulang dulu, makasih yah udah anterin, jangan lupa nanti pagi”
Senyuman manisnya membuatku enggan berpisah dengannya.

BERSAMBUNG….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar